Rabu, 28 Desember 2011

Pesawat Angkasa Rusia Jatuh ke Bumi Januari, LAPAN Terus Pantau

Roket Zenit meluncur ke ruang angkasa membawa Phobos-Grunt/German Aerospace Center (space.com)

Jakarta - Phobos-Grunt diluncurkan Rusia dengan misi mengambil sampel di Phobos, bulan yang mengitari planet Mars. Sayang, misi ini gagal. Sebelum tiba di Phobos yang merupakan satelit Mars, mesin tidak berfungsi. Pesawat tanpa awak itu terjebak di orbit Bumi. Diperkirakan pada pertengahan Januari 2012, pesawat ini akan jatuh ke Bumi.

"Di Track-It (pemantau benda ruang angkasa jatuh) kita, hingga saat ini belum terdeteksi. Kita biasanya ancang-ancang intensif memantau kalau ketinggian benda itu sudah di bawah 200 km," ujar peneliti bidang matahari dan antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Tiar Dani, kepada detikcom, Rabu (28/12/2011).

Dia menjelaskan ada sejumlah benda ruang angkasa yang telah menjadi sampah (debris) jatuh ke bumi. Sampah antariksa itu bisa berupa satelit atau perangkat pesawat ruang angkasa lainnya. Namun sampah antariksa itu tidak dapat diatur kapan dan di mana jatuhnya.

"Debris sangat mungkin jatuh setiap hari. Kalau bendanya besar dan ada potensi bahaya pasti akan kita pantau intensif. Masyarakat juga bisa ikut memantau melalui http://foss.dirgantara-lapan.or.id/orbit/," terang Tiar.

Dari space.com, pertengahan Januari 2012 sekitar tanggal 14 atau 15 dengan plus minus 5 hari pesawat ruang angkasa Rusia itu akan masuk ke atmosfer Bumi. Diperkirakan lebih dari dua lusin serpihan pesawat berbobot hampir 14 ton ini akan jatuh. Di mana dan kapan persisnya sampah antariksa itu jatuh, para ahli masih �terus memantaunya.

Pesawat ini diluncurkan di Moskow pada 9 November lalu. Peluncuran sebenarnya berjalan lancar, tetapi salah satu mesin untuk memastikan Phobos-Grunt tetap pada jalurnya dalam perjalanan ke Mars, tak berfungsi.

Pesawat ini memiliki bahan bakar roket Nitrogen tetroxide (N2O4) atau Unsymmetrical dimethylhydrazine (UDMH). UDMH merupakan bahan bakar utama untuk roket Proton. Bahan bakar ini sangat beracun. Menurut keterangan Badan Luar Angkasa Pemerintah Federal Rusia, Roscosmos, Phobos-Grunt membawa 7,5 ton metrik hidrazin dan tetroksida nitrogen.

Terkait tangki yang memuat propelan beracun di ruang angkasa, sejarah memiliki catatan. Pada bulan Februari 2008, satelit mata-mata AS sengaja dihancurkan sesaat sebelum masuk kembali ke Bumi. Kala itu pemusnahan dilakukan dengan menggunakan modifikasi rudal yang ditembakkan dari kapal perang USS Lake Erie.

Satelit bernama Amerika Serikat-193 itu memiliki tangki titanium yang membawa sekitar 450 kilogram hidrazin beku. Penghancuran pesawat ruang angkasa itu dilakukan karena potensi masih utuhnya tangki titanium lengkap dengan isinya saat jatuh ke Bumi.

Sejak tahun 1960-an, saat kejayaan Soviet ke ruang angkasa, ilmuwan Rusia bermimpi menyelidiki satelit Planet Merah, sebutan Mars, Phobos. Tetapi dua pesawat yang pernah dikirimkan ke Phobos pada tahun 1988 gagal. Pada tahun 1996, pesawat lain Rusia yang tak berawak menuju Mars hilang di atmosfer setelah peluncuran. Misi Moskow terakhir yang berhasil adalah melampaui orbit Bumi, Vega 1 dan 2 pada pertengahan 1980-an.

Rencananya, Phobos-Grunt akan mencapai Mars tahun 2012 dan mendarat di satelit Mars pada tahun 2013 untuk mengumpulkan sampel dari permukaan Phobos dan terbang kembali ke Bumi pada tahun 2014. Phobos-Grunt juga membawa botol berisi bakteri bumi yang cocok untuk lingkungan yang ekstrem, bibit tanaman dan hewan invertebrata kecil yang dikenal sebagai beruang air untuk melihat apakah mereka dapat bertahan hidup di ruang angkasa.

Hal ini dimaksudkan untuk menjadikannya sebagai mikroba pertama yang dibawa oleh pesawat angkasa untuk menguji sebuah teori yang menyatakan bahwa kehidupan mungkin telah bermigrasi antarplanet di dalam meteorit.

Sayang, pada 2011 ini misi menyelidiki Phobos Planet Merah gagal lagi. Padahal proyek pesawat luar angkasa itu telah menyerap 5 miliar rubel ($ 163 juta) atau sekitar Rp 1,5 triliun. Kantor berita resmi Rusia Interfax melaporkan pesawat tak berawak tersebut diasuransikan sebesar US$ 40 juta atau sekitar Rp 355 miliar.
sumber

Arsip Blog