Dua orang penyandang tuna netra sedang ngobrol. Yang satu, seorang pemuda buta beberapa tahun lalu (umurnya sudah lebih seperempat abad). Yang satunya lagi, gadis belia yang umurnya baru setengah dari umur si pemuda. Dia buta sejak lahir.
Mereka sedang asyik ledek-ledekan. Si gadis meledek di pemuda karena tidak bisa lari dengan lincah seperti dirinya. Karena ternyata selain buta, pemuda ini polio sehingga harus memakai tongkat. Tak mau kalah si pemuda balas meledek, ”Emang kamu kalau mimpi ada gambarnya?”. Si gadis menjawab, “Ngga”. Dengan lugunya dia bertanya lagi, “Emang kakak kalau mimpi ada gambarnya?”.
Ini cerita nyata yang diceritakan langsung oleh pemuda tadi. Mendengar kisah ini saya jadi berpikir, kalau tidak ada gambarnya terus di dalam mimpinya apa yang ada? Berarti hanya suara-suara layaknya di kehidupan sehari-harinya dong. Ini cuma cerita sederhana yang kebetulan menyentuh perasaanku.
Ini cerita nyata yang diceritakan langsung oleh pemuda tadi. Mendengar kisah ini saya jadi berpikir, kalau tidak ada gambarnya terus di dalam mimpinya apa yang ada? Berarti hanya suara-suara layaknya di kehidupan sehari-harinya dong. Ini cuma cerita sederhana yang kebetulan menyentuh perasaanku.
Orang yang buta setelah lahir dapat melihat gambar-gambar dalam mimpi mereka. Orang yang terlahir buta tidak melihat gambar apapun, tapi memiliki mimpi sadar yang melibatkan perasaan lain seperti pendengaran, penciuman, penyentuhan dan emosi. Sulit bagi orang yang tidak buta bermimpi, tapi keinginan tubuh untuk tidur sangat kuat sehingga tubuh mampu menangani semua situasi fisik secara virtual untuk menciptakan mimpi tersebut.
Apa yang dimimpikan oleh orang buta?
Mereka yang dilahirkan buta atau menjadi buta sebelum usia lima tahun tidak melihat dalam mimpi mereka. Namun demikian, mimpi-mimpi mereka itu sama kaya dalam narasi dan detail seperti pada orang buta. Jika salah satu pandangan yang hilang setelah usia tujuh tahun, mimpi akan tetap penuh dengan citra visual. Sebuah wilayah abu-abu ada antara lima dan tujuh tahun.
Menariknya, gerakan mata yang cepat (Rems) menandakan bahwa sebuah mimpi yang berlangsung tidak terjadi, atau terjadi sangat lemah, bagi mereka yang lahir buta atau dibutakan sebelum lima tahun.
Bagaimana dengan orang-orang tuli congenitally? Tampaknya mereka mungkin mimpi dalam bahasa isyarat! Mimpi mereka juga lebih berwarna daripada orang dengan pendengaran normal.
Kesimpulan
Saya yakin kita semua tidak ada yang mau memilih untuk dilahirkan untuk jadi orang buta? Begitu pun mereka. Oleh karenanya bersyukurlah selalu akan nikmat serta rezeki yg uda h Tuhan kasih kepada kita, kita masih bisa & diberi ksempatan untuk melihat indahnya dunia, bahkan dalam mimpi. Jangan pernah kita semua merasa miskin karena anda tidak pernah menyadari bahwa nikmat yang dikaruniakan Tuhan Pada kita tidak ternilai harganya. Bahkan mimpi sekalipun.